Pertandingan Hoffenheim vs Bayern Munchen Alami Gangguan Dari Suporter

qqmulia_official
4 min readMar 2, 2020

--

Fans Bayern Munchen diketahui membentangkan tulisan bernada hinaan untuk pemilik Hoffenheim, Dietmar Hopp.

Laga Hoffenheim vs Bayern Munchen di Rhein- Neckar- Arena pada hari Sabtu malam diwarnai pembentangan spanduk pada sekitar menit 70 atau 71 oleh fans tim tamu Die Roten, yang ditujukan pada pemilik klub tuan rumah Dietmar Hopp, yang sudah berusia 79 tahun.

Disaat itu skor pertandingan sudah 6- 0 untuk keunggulan Die Bayern, dengan gol- gol dilesakkan oleh Serge Gnabry( menit ketiga), Joshua Kimmich( 7′), Joshua Zirkzee( 15′), Philippe Coutinho( 33′ dan 47′), sebelum ditutup oleh Leon Gorezka( 62′).

Spanduk yang dibentangkan pada sekitar menit 70 itu berbunyi“ Hopp adalah anak perek” yang bukan bermakna riil tetapi simbolis, hendak memprotes mayoritas kepemilikan saham klub mendekati 100% oleh Dietmar Hopp. Ini bukan protes pertama terhadap sang pemilik TSG 1899 Hoffenheim itu. Protes juga terjadi pada laga- laga Bundesliga lainnya, melibatkan atau tidak tim berjuluk Die Kraichgauer tersebut.

Para pemain Bayern Munchen datang ke tribun tim tandang, berusaha membujuk para pendukung mereka sendiri untuk melipat spanduk ejekan yang sangat ofensif tersebut. Pelatih Hansi Flick, direktur Hasan Salihamidzic, CEO Karl- Heinz Rummenigge dan anggota direksi lainnya Oliver Kahn juga ikut datang ke depan tribun pendukung Die Roten. Mulai dari membujuk sampai marah- marah tetapi tiada hasil.

Wasit kemudian menghentikan laga pada menit 77 dan membawa keluar kedua kesebelasan ke kamar ganti. Laga Hoffenheim vs Bayern Munchen kembali dimainkan selang 20 menit kemudian tetapi dengan maksud meneror pendukung tim tamu, memainkan sepakbola malas- malasan, oper- operan di antara pemain kedua lawan, untuk membentangkan“ spanduk” mereka sendiri.

Kemunafikan Liga Jerman

Meski pun spanduk ejekan yang ofensif itu dikecam tetapi Liga Jerman juga diprotes karena memperlihatkan kemunafikan mereka sendiri. Pertandingan Hoffenheim vs Bayern Munchen dihentikan selama 20 menit dan wasit membawa keluar pemain kedua kubu untuk sebuah spanduk kebencian pada seorang pemilik klub. Tetapi bagaimana dengan kebencian terhadap warna kulit atau ras? Tidak pernah ada laga dihentikan seperti tadi malam.

Jordan Torunarigha dari Hertha Berlin menjadi target teriakan dan suara- suara monyet selama pertandingan di kandang Schalke pada awal Februari, tidak ada keputusan wasit atau penyelenggara laga untuk menghentikan pertandingan dalam kasus itu.

Leroy Kwadwo dari tim Würzburger Kickers juga menerima ejekan rasis serupa 12 hari yang lalu pada pertandingan divisi ketiga sepak bola Jerman di Preussen Muenster, dengan kedua kubu penggemar menemukan pelakunya dan meneriakkan“ Nazi’ s Out!” namun laga berjalan terus. Sang penggemar rasis itu kemudian berhasil diidentifikasi dan kemudian dikeluarkan dari stadion oleh steward pertandingan.

Jadi, itulah sisi kemunafikan Liga Jerman. Atau mungkin faktor uang bermain di sini? Spanduk ejekan pada pemilik Hoffenheim yang sudah berkorban uang Rp 5, 5 Trilyun menyebabkan laga dihentikan 20 menit dan ada solidaritas pemain serta staf dari kedua kubu. Ejekan rasis untuk warna kulit tidak berujung apa- apa.

Apa yang Dibenci Suporter Jerman Atas Hoffenheim

Berbeda dengan kebanyakan klub sepak bola Liga Jerman lainnya, yang menganut peraturan saham 50+1( sedikit di atas 50%) untuk para pendukung atau supporter klub supaya mereka- lah menentukan masa depan klub, ada 3 klub Bundesliga yang dikecualikan dari peraturan ini: Bayer Leverkusen, Wolfsburg dan TSG Hoffenheim.

Bayer Leverkusen dan Wolfsburg mendapatkan pengecualian peraturan 50 persen plus satu itu karena merupakan klub olahraga bagi pabrik farmasi Bayer dan pabrik otomotif Volkswagen. Tapi tidak dengan TSG 1899 Hoffenheim, demikian nama lengkap tim itu. Dietmar Hopp sudah mengeluarkan uang sebesar Rp 5, 5 Trilyun untuk membantu klub itu naik dari klub divisi kelima Jerman dan masuk ke divisi elit Bundesliga Jerman dalam waktu kurang dari 20 tahun.

Tahun 2000, Dietmar Hopp yang merupakan alumnus klub itu, kembali ke klub untuk memberikan sokongan finansial, dan dengan cepat memberi dampak. Pada tahun 2000 mereka masih berada di divisi kelima sepak bola Jerman bernama Verbandsliga dan kemudian menduduki urutan pertama guna promosi ke divisi keempat, Oberliga Baden- Württemberg.

Hanya setahun di divisi keempat itu, Hoffenheim finish lagi di urutan awal guna promosi ke divisi ketiga, Regionalliga Süd( III) buat masa 2001/ 2002. Di mari mulai ketemu sulitnya sepak bola Jerman, cuma finish di urutan 13, tetapi naik pesat pada masa selanjutnya jadi urutan 5.

Hoffenheim meraih posisi kelima dan ketujuh dalam 2 musim berikutnya di Regionalliga Süd( III), sebelum meningkat ke posisi keempat pada musim 2005/ 2006 untuk mendapatkan hasil terbaik mereka sampai saat itu. Klub ini membuat penampilan DFB- Pokal pertamanya pada kompetisi 2003/ 2004 dan tampil baik, lolos sampai ke perempat final dengan menyingkirkan klub divisi kedua Bundesliga Eintracht Trier dan Karlsruher SC serta klub Bundesliga Bayer Leverkusen sebelum dikalahkan oleh tim divisi kedua lainnya, VfB Lübeck.

Pada tahun 2006, klub berusaha untuk meningkatkan kualitas pemain dan staf teknisnya dengan mendatangkan pemain yang memiliki pengalaman bermain di Bundesliga selama beberapa tahun, terutama Jochen Seitz dan Tomislav Marić, dan juga talenta muda seperti Sejad Salihović.

Pada saat yang sama mereka juga mengontrak selama 5 tahun manajer Ralf Rangnick, yang mengelola tim Bundesliga seperti bagaikan SSV Ulm 1846, VfB Stuttgart, Hannover 96 dan Schalke 04. Investasi mahal itu terbayar pada musim 2006/ 2007 dengan promosi klub ke 2. Bundesliga( divisi kedua Liga Jerman) setelah finish di urutan kedua di Regionalliga Süd.

Musim 2007/ 2008 merupakan musim pertama Hoffenheim dalam sepak bola profesional. Setelah awal musim yang buruk dengan 3 kekalahan dan hanya sekali imbang dalam 4 pertandingan pertama, kinerja tim meningkat luar biasa dan Hoffenheim naik dari posisi ke- 16 pada matchday keempat ke posisi runner- up klasemen pada matchday 23. Tim berhasil mempertahankan tempat mereka sampai akhir musim, usai mencetak 60 poin dari 34 pertandingan. Dengan finish pada posisi kedua, Die Kraichgauer promosi otomatis ke Bundesliga, divisi paling elit dalam sepakbola Jerman, setelah hanya bermain pada divisi kedua selama satu musim saja.

Apa yang sepertinya diprotes para pendukung Bayern Munchen dan juga penggemar Borussia Dortmund serta Schalke dan tim- tim lainnya di Jerman merupakan bagaimana uang banyak, Rp 5, 5 Trilyun tepatnya, berhasil menggagalkan peraturan 50 persen plus satu, yang biasanya disyaratkan menjadi kepunyaan supporter agar mereka, serta bukan pemilik modal, yang mengatur masa depan klub.

Segera daftarkan diri anda di QQMulia dan dapatkan banyak bonus & promo setiap harinya.

--

--

qqmulia_official
qqmulia_official

Written by qqmulia_official

QQMulia Situs judi online terbaik dan terpercaya di Indonesia

No responses yet